Ceritakota.com

Carita Kota Memberikan Informasi Masa Kini

Asal Usul Cheng Beng, Bentuk Kasih Sayang kepada Leluhur Sejak Era Tiongkok Kuno

Festival Qing Ming yang juga dikenal sebagai Cheng Beng di Indonesia adalah hari perayaan tradisional bagi masyarakat Tionghoa yang dirayakan pada tanggal 4 atau 5 April setiap tahunnya.

Festival Qing Ming diadakan untuk menghormati leluhur yang telah meninggal dan dilakukan dengan cara membersihkan dan memperbaiki makam mereka.

Meski banyak dilakukan di negara-negara Asia, festival Qing Ming memiliki sejarah yang panjang dan berasal dari Cina.

Bagaimana asal usul Cheng Beng? Dilansir dari eportfolios.macaulay.cuny.edu, Festival Qing Ming berasal dari era Dinasti Zhou (1046-256 SM) di Tiongkok kuno.

Pada waktu itu, seorang pria bernama Jie Zitui sangat setia dan berbakti kepada pangeran yang saat itu menjadi raja.

Akan tetapi, ketika pangeran tersebut berhasil menjadi raja, ia lupa akan kesetiaan Jie Zitui dan mengabaikannya.

Jie Zitui akhirnya meninggalkan kerajaan dan menyembunyikan diri di pegunungan bersama ibunya.

Setelah beberapa tahun, sang raja akhirnya menyadari kesalahannya dan mencari Jie Zitui untuk meminta maaf.

Namun, Jie Zitui telah meninggal karena kelaparan di pegunungan.

Untuk mengenang kesetiaan Jie Zitui, raja menginstruksikan rakyatnya untuk mempersembahkan makanan ke makamnya setiap tahun pada tanggal yang sama dengan hari kematian Jie Zitui.

Tradisi ini kemudian berkembang dan menjadi festival Qing Ming seperti yang kita kenal sekarang.

Apa yang dilakukan saat festival Qing Ming? Dikutip dari nationaltoday.com, pada hari Qing Ming, umat Tionghoa melakukan beberapa ritual untuk menghormati nenek moyang mereka.

Salah satu ritual yang paling populer adalah membersihkan makam dan menempatkan makanan dan minuman di atasnya.

Makanan yang ditempatkan di makam biasanya berupa makanan favorit nenek moyang, seperti nasi ketan, mie, dan buah-buahan.

Selain itu, juga dilakukan pembakaran kertas persembahan seperti uang, mobil, rumah dan benda-benda lain yang dianggap berguna bagi arwah yang telah meninggal.

Rangkaian ritual ini bertujuan untuk menghormati dan memberikan persembahan kepada nenek moyang, sehingga mereka akan hidup bahagia di dunia lain.

Meskipun terlihat sepele, ritual ini memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Tionghoa dan menjadi bagian penting dari tradisi dan budaya mereka.

Festival Qing Ming juga menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga dan merayakan warisan budaya mereka yang kaya.

PUTRI SAFIRA PITALOKA Pilihan Editor: 7 Hidangan Cheng Beng untuk Rekatkan Keluarga dan Kerabat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *